Kelampung
Beranda Berita Bukti Kekejamaan Politik Penguasa, Keluarga SN Alami Trauma Mendalam

Bukti Kekejamaan Politik Penguasa, Keluarga SN Alami Trauma Mendalam

KELAMPUNG.COM – Politik itu kejam. Demikian sepertinya kalimat yang hendak diungkapkan bagi keluarga SN. Taruma mendalam sangat membekas di hati keluarga besarnya. Utamanya, bagi istri dan anak-anak SN.

Diketahui, SN adalah seorang pria paruh baya yang menghabiskan umurnya untuk dunia pendidikan. Dia adalah pemilik Pusat Kegiatan Mengajar (PKBM) Bugenvil, yang berada di Desa Sukatani, Kecamatan Kalianda, Lampung Selatan.

Ya, baru-baru ini nama pria berinisial SN ini tengah jadi tranding isu di Kabupaten ujung Pulau Sumatera ini. Lantaran diduga telah menerbitkan ijazah palsu untuk calon legislatif (Caleg) dari partai PDI Perjuangan, atas nama Supriyati.

Keluarga SN sangat kaget, setelah datangnya surat panggilan pemeriksaan dari Kepolisian Daerah (Polda) Lampung, atas laporan dugaan kasus ijazah palsu. Bahkan, lantaran itu juga yang membuat mental fisik dan psikologi SN drop, hingga SN mengalami stroke dan koma selama beberapa hari di RS Hermina Bandar Lampung.

Kelurga SN mengungkapkan, mulanya pihak keluarga tidak mengetahui bahwa SN ternyata ada masalah. Yang mereka tahu, selama beberapa bulan terakhir, banyak terjadi perbedaan pada SN.

“Beliau sering marah-marah. Keliatan dari wajahnya seperti sedang banyak pikiran, pusing yang memicu darah tingginya kambuh. Beliau juga sering terlihat ketakutan, kalau malam lampu juga sering dimatikan, katanya bapak takut kalau terang,”ujar keluarga SN yang namanya sengaja tidak dipublikasikan oleh media ini, Jumat (2/8/2024).

Saat ada anaknya yang membawa rekan-rekannya bertamu kerumah, SN juga nampak ketakuan. Hingga anaknya dimarahi dilarang menerima tamu sembarangan. “Bapak juga ketakuan, dikira teman-teman saya ini wartawan atau lembaga yang akan mempermasalahkan dia,” Sambungnya, menceritakan bentuk-bentuk dampak psikologis yang dialami SN.

Yang membuat keluarga sampai terheran-heran dan tidak menyangka, SN pernah diketahui nyaris melakukan gantung diri di belakang rumah. Dirinya sudah mempersiapkan tali yang tergantung dan ada kursi dibawahnya.

“Kejadian itu setelah subuh. Pegawai yang kerja dirumah ini memergoki ada tali yang menggantung dan ada kursi dibawahnya. Tali itu juga sudah membentuk lingkaran diujung bawahnya. Kami masih belum tahu, apa sebenarnya masalah bapak ini sampai segitunya dampak psikis yang dialami, karna bapak gak pernah crita apa-apa,” Lanjutnya.

Hingga akhirnya, datangnya surat panggilan dari Polda yang membuat keluarga SN tahu. Ternyata selama ini bapak berada dipusaran masalah yang berkaitan dengan politik.

“Ternyata, dalam masalah ini bapak juga di pojokkan. Dibuat seolah-olah masalah ini (Soal dugaan Ijazah Palsu, red) dibuat oleh bapak sendiri. Makanya, bapak sampai mengalami depresi hingga dimensia yang begitu dalamnya,” Katanya lagi.

Keluarga SN juga tak menyangka, setelah mengetahui perkembangan masalah dugaan ijazah palsu itu dan membaca sejumlah berita online, bahwa dalam masalah itu SN seperti akan mrnanggung sendiri masalah yang terjadi. Padahal itu semua karena diintervensi oleh ‘penguasa’.

“Saya baca, Bang Merik katanya gak kenal sama bapak. Jadi, bapak memang seperti disuruh mengakui semuanya bahwa ini kelalaian dia sendiri. Kasian bapak, makanya sampai berdampak begini,”cetusnya.

Padahal, pihak keluarga SN juga tahu bahwa saat itu Kepala BBHAR DPC PDI Perjuangan Lampung Selatan, Merik Havit datang kerumah mereka. Meskipun, mereka tidak mengetahui persis pembicaraannya dengan SN.

“Kalau apa pembicaraannya, kami gak tahu. Tapi yang pasti mereka (Rombongan Merik Havit, Red) datang kerumah. Masak dibilang gak kenal. Mereka sebelum ketemu juga kan pasti sudah ada komunikasi,” Lanjutnya.

Saat ini, SN sedang dalam pemulihan di rumah salah satu keluarga mereka. Dalam masa pemulihan ini pastinya pihak keluarga menjauhkan SN dengan topik masalah, sampai SN benar-benar pulih dan sehat.

“HP andoid pun gak kita kasih, biar bapak sehat dulu. Bukan berarti gak kooperatif, tapi kami pihak keluarga pastikan kesehatannya pulih dulu,” Harapnya.

“Yang pasti, bapak adalah korban politik. Kami sadar, kami siapa dan siapa yang kami lawan. Tetapi, sebagai keluarga sebisa mungkin kami membela bapak kami. Tapi tolong, jangan sakiti psikologis bapak kami dan keluarga kami, ” Tutupnya. ***

Komentar
Bagikan:

Iklan