SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Opini Pendidikan
Beranda » Berita » Mahasiswa Manajemen dan Gerakan Literasi: Dari Kampus Teknokrat untuk Masyarakat Sekitar

Mahasiswa Manajemen dan Gerakan Literasi: Dari Kampus Teknokrat untuk Masyarakat Sekitar

Ilustrasi Gerakan Literasi
Ilustrasi Gerakan Literasi. Foto: アフロ(Aflo)

Penulis: Nabella Indah Fitri

Di tengah derasnya arus informasi dan kemajuan teknologi, kemampuan literasi bukan lagi sekadar kemampuan membaca dan menulis. Literasi hari ini berarti melek pengetahuan, melek digital, dan melek berpikir kritis. Ironisnya, di tengah kemajuan dunia digital yang semakin terbuka, masih banyak masyarakat yang belum mampu memanfaatkan informasi dengan baik. Banyak yang masih terjebak pada berita palsu, sulit membedakan fakta dan opini, bahkan kesulitan memahami informasi dasar yang sebenarnya penting untuk kehidupan sehari-hari.

Di sinilah mahasiswa, terutama dari Jurusan Manajemen Universitas Teknokrat Indonesia (UTI), memiliki peran penting. Sebagai generasi intelektual yang dibekali ilmu kepemimpinan, pengelolaan, dan komunikasi, mahasiswa manajemen bisa menjadi motor penggerak gerakan literasi yang nyata di masyarakat sekitar.

Dari Teori ke Aksi: Mahasiswa Manajemen Harus Turun ke Lapangan

Ilmu manajemen bukan sekadar tentang laporan keuangan atau strategi pemasaran. Lebih dari itu, manajemen mengajarkan bagaimana mengatur sumber daya manusia, waktu, dan ide agar menjadi gerakan yang berdampak. Mahasiswa manajemen memiliki kemampuan untuk merancang, mengorganisasi, dan melaksanakan program literasi yang terstruktur dan berkelanjutan.

Kita sering mendengar bahwa mahasiswa adalah agent of change — agen perubahan. Namun, perubahan tidak akan datang hanya dengan kata-kata atau seminar motivasi. Dibutuhkan aksi nyata dan keberlanjutan. Bayangkan jika setiap mahasiswa manajemen di Universitas Teknokrat Indonesia mengadakan satu kegiatan kecil di lingkungan tempat tinggalnya: membuka kelas literasi keuangan untuk ibu rumah tangga, mengajar anak-anak agar gemar membaca, atau mengadakan pelatihan dasar wirausaha bagi remaja. Satu langkah kecil, tetapi jika dilakukan serentak dan berkesinambungan, bisa melahirkan perubahan besar.

Pemkot Bandar Lampung Transisi Hobi Bangun Flyover ke Tugu dan Gapura?

Sebagai kampus yang dikenal dengan motonya “Disiplin, Bermutu, Kreatif, dan Inovatif,” Teknokrat sejatinya sudah memiliki kultur akademik yang mendukung gerakan ini. Banyak mahasiswa yang telah menunjukkan kiprah nyata melalui kegiatan pengabdian masyarakat, Kuliah Kerja Nyata (KKN), hingga organisasi kampus yang rutin turun ke masyarakat sekitar. Namun, potensi besar ini masih perlu disinergikan agar menjadi gerakan literasi yang sistematis dan berdampak jangka panjang.

Literasi Tidak Lagi Sekadar Membaca Buku

Dulu, literasi sering diartikan hanya sebagai kegiatan membaca dan menulis. Namun, di era digital, maknanya jauh lebih luas. Literasi kini meliputi kemampuan memahami data, mengelola keuangan pribadi, hingga memanfaatkan teknologi informasi secara bijak.

Banyak masyarakat yang mengalami masalah ekonomi bukan karena kurang penghasilan, tetapi karena kurangnya pemahaman dalam mengelola keuangan. Di sinilah mahasiswa manajemen bisa turun tangan. Dengan bekal ilmu tentang perencanaan keuangan dan analisis sederhana, mahasiswa dapat membantu masyarakat memahami cara mencatat pengeluaran, membuat anggaran rumah tangga, atau mengenal konsep menabung dan investasi sederhana.

Selain itu, mahasiswa juga dapat berperan dalam meningkatkan literasi digital. Di tengah maraknya berita palsu dan informasi yang menyesatkan, kemampuan mengelola informasi menjadi hal penting. Mahasiswa bisa menjadi fasilitator yang membantu masyarakat belajar menggunakan internet secara produktif, misalnya untuk mengakses peluang usaha, belajar daring, atau promosi UMKM lokal.

Literasi tidak harus dilakukan secara formal seperti seminar atau pelatihan besar. Justru kegiatan sederhana, namun konsisten, lebih efektif. Misalnya, mengadakan “Sabtu Membaca” di taman sekitar, membuat pojok baca di warung kopi, atau sekadar berbagi ringkasan buku inspiratif di media sosial. Mahasiswa Teknokrat, dengan kreativitas dan kemampuan komunikasi yang baik, bisa menjadikan gerakan literasi sebagai gaya hidup baru.

Pemuda Asal Lampung Radep Riyantoro Raih Penghargaan Pendidikan Internasional di Malaysia

Kampanye sederhana seperti “Baca Sebelum Scroll” atau “15 Menit Membaca Setiap Hari” bisa menjadi gerakan viral yang membentuk kebiasaan baru di masyarakat. Jika mahasiswa mampu mengemas pesan literasi dengan cara yang menarik, edukatif, dan relevan dengan kehidupan sehari-hari, maka dampaknya akan jauh lebih besar daripada sekadar ajakan formal.

Sinergi Kampus dan Mahasiswa: Literasi sebagai Gerakan Bersama

Gerakan literasi tidak akan bertahan lama jika hanya menjadi kegiatan seremonial. Diperlukan sinergi antara mahasiswa, dosen, dan pihak kampus untuk menjadikannya gerakan berkelanjutan. Universitas Teknokrat Indonesia dapat berperan sebagai fasilitator dengan menyediakan dukungan, pelatihan, serta wadah bagi mahasiswa yang ingin mengembangkan program literasi.

Mahasiswa manajemen memiliki keunggulan dalam hal perencanaan, koordinasi, dan evaluasi program. Ketiga hal ini bisa menjadi kunci agar gerakan literasi berjalan efektif dan memiliki dampak nyata. Dengan pendekatan manajerial, kegiatan literasi bisa memiliki target, indikator keberhasilan, serta keberlanjutan yang terukur.

Menulis Ulang Masa Depan dengan Literasi

Literasi adalah pondasi kemajuan bangsa. Tanpa literasi, masyarakat mudah percaya pada informasi palsu, sulit berinovasi, dan rentan terhadap manipulasi. Mahasiswa Manajemen Universitas Teknokrat Indonesia dapat mengambil bagian dalam menulis ulang masa depan tersebut. Kami adalah generasi muda yang punya tenaga, pengetahuan, dan semangat untuk membawa perubahan.

Dengan turun langsung ke masyarakat, kami tidak hanya mengajar tentang literasi, tetapi juga belajar tentang empati, kepemimpinan, dan arti sejati dari pengabdian. Melalui literasi, mahasiswa dapat mengasah kemampuan berpikir kritis dan komunikasi — dua hal yang sangat dibutuhkan dalam dunia manajemen modern.

Meski Sekolah Gratis, Tapi Pungutan Uang Seragam dan Modul Jadi Keluhan Wali Murid SMPN 44 Bandar Lampung

Gerakan literasi bukan hanya soal membuka buku, tetapi tentang membuka pikiran dan memperluas cakrawala. Dan dari Kampus Teknokrat, gerakan itu bisa dimulai untuk masyarakat sekitar, untuk Lampung, dan untuk Indonesia yang lebih cerdas dan berdaya.***